Cerita Absurd Kehilangan Handphone



Halo guys, gue menulis tulisan ini sesaat setelah adik gue bilang kalau handphone-nya hilang.

Sebenarnya ini cuma curhatan aja sih, hehe.

Beberapa waktu yang lalu adik gue membeli sebuah handphone berbasis android bersama papah gue. Handphone itu di beli dari uang bulanan yang gue kasih ke adik gue. Hasil kerja gue selama beberapa bulan.

Fyi, adik gue masih berumur 10 tahun dan masih kelas 4 SD.

Jaman gue dulu, umur segitu mungkin gue masih pake HP Sony Ericsson yang tombol buletannya itu rusak, haha. Itu juga punya papah gue. Bukan punya gue.


gambar diambil dari mbah gugel


Tapi, enaknya adik gue, dia bisa pakai handphone yang cukup canggih di jaman ini. Bisa main game, bisa selfie sukaesih, bisa dengerin lagu.

Huh. Dia nggak merasakan betapa emosi nya kalau mau minta lagu harus dideketin, jauh sedikit aja gagal. Maklum, dulu masih infrared. Hehe.

Sekarang, jangankan pake bluetooth, udah ada share it. Mau minta apa-apa pake share it ya kan. Cepat. Tinggal set set set set set....

Papah gue memang memperbolehkan adik gue menggenggam handphone. Bahkan setiap hari. 

Yang pertama karena memang untuk kepentingan. Gue kerja, orang tua gue juga kerja. Di rumah cuma ada adik, nenek, dan kakek gue. Jadi kalau ada apa-apa bisa langsung kontek lewat handphone.

Itu aja sih.

Sisanya ya paling buat adik gue main game, atau dengerin lagu.

Karena nggak mungkin dia main instagram, twitter, apalagi musically atau tik-tok.

Inti dari curhatan ini adalah,

Hari ini adik gue ada jadwal renang di sebuah tempat berenang (yaiyalah ya masa renang di lapangan futsal), bersama teman-teman sekolahnya, lengkap beserta guru PPKN-nya. Eh, maksud gue guru olahraganya.

Sebelum gue berangkat kerja pagi, gue bilang sama dia, "Nanti kalau mau kesana jangan bawa HP ya"

Dia menjawab "Iya", sambil terus bermain game Clouds & Sheep. Tau nggak? permainan mbek itu. Yang kalau mbek cewek dan cowok ketemu terus nanti dari awan lahir sebuah anak mbek baru. Ya gitu lah, gamenya absurd.


gambar diambil dari mbah gugel

Tapi adik gue paling suka bagian kalau mbek-nya mati kesamber petir, haha. Ngomong-ngomong ini bukan endorse game loh ya.

Lanjut cerita lagi.

Jadi berangkatlah gue kerja ya kan. Adik gue berangkat renang jam 1 siang.

Sebagai kakak yang posesif terhadap adiknya, sekitar jam 4 sore gue mengirimkan pesan kepada adik gue, menanyakan apakah dia sudah pulang atau belum.




Namun tak kunjung ada balasan, gue pikir "Oh, mungkin masih disana. Bersama kolam renang, bersama angin sore, dan bersama guru PPKN nya. Eh, maksud gue guru olahraga."

Sampai saatnya gue pulang kerja jam 5 sore, tapi adik gue belum pulang juga. Ya kali berenang dari jam 1 siang sampai jam 5 sore, gimana sih ini guru PPKN nya -_-

Saat itu gue belum 'ngeh' terhadap handphone adik gue. Gue pikir emang dia nggak bawa, karena gue udah ngingetin dia agar tidak membawa handphone. Nggak mungkin dia ngelanggar omongan 'macan'. Bisa-bisa dia tercabik-cabik haha.

Akhirnya sebelum maghrib dia pulang. Namun ada yang janggal. Dia jadi pendiam. Gue tanya juga jawabnya seadanya. 

Gue menerka-nerka dalam hati gue. "Adik gue kenapa ya? apa mungkin kerasukan hantu kolam renang? atau dia spechless karena abis renang dari jam 1 sampai jam 6? atau mungkin dia di dzholimi oleh guru PPKN nya? Uh, maksud gue guru olahraga."

Tapi puncaknya terjadi ketika orang tua gue baru pulang kerja, gue nggak tau gimana ceritanya karena gue lagi di kamar sebelah.

Tiba-tiba terdengar suara emak gue yang super cetar menggelegar ya kan. Sontak gue langsung nyamperin kesana.

Usut punya usut ternyata adik gue membawa handphone nya ke tempat berenang, dan handphone-nya.. HILANG. Iya, sengaja gue capslock biar jelas.

Tanpa basa-basi, gue langsung bilang "Ada yang marah nggak nih kalau aku chat kamu?" Eh, maap salah. Gue langsung bilang ke adik gue "KATA TETEH JUGA APA! TADI KAN UDAH DIBILANGIN JANGAN BAWA HP!" 

Gue sengaja memakai nada tinggi sedemikian rupa agar mendramatisir keadaan. Mungkin kalau gue jadi guru, semua murid gue bakal nangis histeris keluar kelas. Tinggal tersisa guru PPKN.

Adik gue terdiam. Menunduk.

Gue tau bagaimana perasaan dia saat itu. Pasti perasaan dia campur aduk. Kalau ditambahin bumbu kacang pasti jadi gado-gado. Atau ketoprak.

Terjadi pro kontra antara orang tua gue. Mamah gue terlihat marah, sedangkan papah gue terlihat kalem.

Kata papah gue, "Yaudah, udah terjadi. Percuma disesali juga. Jadiin pelajaran aja."

Kata mamah gue, "Lagian anaknya nggak bisa dibilangin! Ngapain bawa HP ke tempat berenang.. Bla bla bla (tau sendiri emak-emak kalau ngomel begimana ya kan)"

Nggak mau memperkeruh keadaan, akhirnya gue meninggalkan lapangan upacara. Maksud gue, meninggalkan ruangan tempat berdebatnya adik, mamah, dan papah gue.

Gue lebih memilih menyeduh kopi hitam bermerek 'Tora Sudiro' (nama sengaja disamarkan, soalnya nggak di endorse, coba tolong Kopi Tora Sudiro kapan-kapan endorse gue ya), dan gue langsung membuat status di Whats App dengan bijaknya seperti ini,




Padahal dalam hati gue 'enek' banget ya kan. Cuma, gue pengin terlihat tegar aja gitu didepan mantan yang barusan lewat sama pacar barunya. Lah? ._.

Pesan gue dari cerita ini adalah, untuk adik gue, tau diri ya dek, itu handphone belinya bukan pakek daun. Jadi nggak usah bawa handphone kemana-mana. Udah dirumah aja main Clouds & Sheep yang mbek-nya beranak turun dari awan itu.

Tapi, yang namanya kehilangan ya tetap kehilangan. Seperti status Whats App gue yang sok bijak tadi, segala sesuatunya kan memang bukan milik kita. Apalagi hanya sebuah handphone. Hanya sebuah benda.

Benar juga kata papah gue tadi, "Yaudah, udah terjadi. Percuma disesali juga. Jadiin pelajaran aja."

Buat yang ngambil, entah apa itu alasannya, semoga kamu sadar atas apa yang kamu perbuat. Itu sama sekali nggak baik. Semoga hati dan pikiran kamu diberikan penerangan. Seterang lampu Philips. Aamiin.

Yaudah jadi gitu aja ya ceritanya para netijenku. Syukur-syukur yang ngambil HP adek gue baca ini terus hati nya terenyuh(?) gitu kan sambil meneteskan air mata, terus langsung mengembalikan handphone adik gue.

Ngomong-ngomong, kopi hitam tora sudiro yang gue seduh tadi jadi dingin nih selama gue nulis cerita ini.

Ini pasti gara-gara guru PPKN!
..

You Might Also Like

0 komentar