Malam Minggu Kelabu Bersamamu


Malam itu kulihat jam menunjukkan pukul 8.
Lewat 2 menit.
Aku bersiap untuk pulang dari tempat kerjaku.
Ku masukkan novel yang baru saja kubaca ke dalam tasku.
Ku pakai tipis lipstik merah itu di bibirku.
Lalu ku semprotkan sedikit parfum di tubuhku.

Aku beranjak dari kursi yang sedari tadi aku duduki.
Ku ambil handphoneku.
Untuk menghubungimu.
Kau bilang kau akan segera datang menjemputku.

Ada rasa deg-degan datang menghampiri.
Ketika menunggumu, jantung ini tak henti-hentinya berdetak.
Itu tandanya aku masih hidup.

Dari kejauhan, kulihat kau datang bersama motormu itu.
Kau menghampiriku.
Lalu tersenyum kepadaku.
Segera kubalas senyummu.
Kucing Pet Shop menjadi saksi saat kita saling bertatap dan tersenyum malam itu.

Langsung saja ku naiki motor matic-mu.
Perlahan tapi pasti, kita melewati jajaran ruko itu.
Bank Mayora, Pet Shop, Adidas, Kumon.

Entah kenapa cuaca terasa sangat dingin.
Angin berhembus kencang.
Jalanan terlihat basah.
Mungkin karena hujan yang turun selama sore tadi.

Dinginnya malam itu lengkap dengan sikap dinginmu kepadaku.
Sejak tadi kulihat kau hanya diam.
Tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Ku pikir mungkin kau sedang tidak ingin berbicara.
Atau mungkin ada masalah yang terjadi pada dirimu.
Atau kau marah padaku?
Entahlah.
Yang ku tahu, kau hanya diam.

Malam itu seperti malam minggu pada biasanya.
Jalanan tampak ramai.
Aku bisa melihat pasangan berlalu-lalang.
Sekumpulan komunitas motor berkumpul menghiasi sisi jalanan.

Tak ada yang beda.
Kecuali kau.
Malam itu hanya wangi parfum-mu yang melekat diingatanku.

Rasanya ingin ku peluk tubuhmu.
Merasakan kenyamanan itu.
Namun aku memilih untuk tidak.
Ku biarkan hanya hening yang melintas.

Waktu terasa begitu cepat berlalu saat aku bersamamu.
Tak terasa kita sudah hampir tiba.
Kau memacu motormu itu masuk ke dalam gang rumahku.
Ku bilang, "Sudah, disini saja".
Kau pun menghentikan motormu.

Aku segera turun.
Rasa deg-degan itu kembali muncul.
Kau kembali tersenyum kepadaku.

"Terima kasih, ya", ucapku.
Aku pun segera beranjak pergi.

Namun kau menghentikanku.
"Tunggu!", katamu.

Jantungku berdebar sangat cepat.
Ku balikkan badan dan kembali kepadamu.

"Ada apa ?", tanyaku tersipu malu.

"Ongkosnya belum mbak, 8.000"

"Oh iya mas ini ongkosnya, maaf saya lupa", ucapku seraya memberikan uang dan bergegas pergi meninggalkanmu.

Malam itu menjadi malam yang sangat kelabu bersamamu, Abang Grab..

Wkwkwk.

You Might Also Like

0 komentar